Admin Medsos “Kudu Jembar Atine”
SEMARANG – FBIPOST
Admin media sosial selalu berhadapan dengan komentar warganet. Tidak terkecuali, medsos pemerintah. Karenanya, admin medsos harus orang yang sabar.
Hal itu ditegaskan Praktisi Digital Shafigh Pahlevi Lontoh, pada Workshop Kehumasan, di Hotel Grand Wahid Salatiga, Selasa (13/6/2023). Diakui, warganet seringkali langsung memberikan komentar negatif terhadap konten yang diunggah di medsos pemerintah. Terlebih, jika terjadi kesalahan posting.
“Salah posting , pasti diserang netizen . Jadi, admin harus sabar. Begitu netizen menyerang, astagfirullah , tarik nafas. Makanya, harus sabar dan tidak asal posting. Kudu jembar atine , jangan kelola medsos pas lagi emosi,” bebernya.
Ditambahkan, membangun sebuah narasi untuk menciptakan opini dan persepsi positif masyarakat, mutlak dikuasai. Admin medsos pun harus banyak belajar membuat narasi. Jangan lupa, pilih konten yang tepat untuk di-posting.
“Jangan kesusu . Netizen kekinian seringkali lari 5W1H. Bukan apa, kapan , dimana dan seterusnya, tapi wathon posting, wathon komen, wathon sulaya, wathon nge-like, wathon ngeshare (asal unggah, komentar, salah, sukai, bagikan), dan kalau ditanya kowe enthuk saka ngendhi (kamu dapat dari mana)? Hambuh (tidak tahu),” ujar Shafigh.
Dia mengatakan, pemerintah perlu membangun komunikasi melalui media sosial, untuk mengidentifikasi kebutuhan dan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Sebab, medsos didesain untuk menjaga dan meningkatkan reputasi lembaga. Di sisi lain, medsos juga bisa menggali aspirasi dari netizen atau publik, mendekatkan dengan publik, sekaligus menjadi koleksi online .
“Jadi, mengelola akun medsos, yang penting adalah akun admin, narasi, konten, baik foto atau video, serta infografis,” terangnya.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah Riena Retnaningrum, yang diwakili Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik, Agung Hariyadi, menekankan, humas pemerintah tidak hanya menjadi corong program informasi pemerintah. Lebih dari itu, mereka diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan.
“Informasi yang disampaikan juga diharapkan mendorong partisipasi masyarakat untuk mendukung program pemerintah. Artinya, tidak hanya pada tataran output atau outcome, tapi juga berdampak pada masyarakat,” bebernya.
Menurutnya, mengingat manusia pemerintah menjadi ujung tombak dalam menyampaikan program dan kinerja pembangunan, dalam bentuk informasi, maka peningkatan layanan dan pengelolaan informasi menjadi keharusan. Mereka dituntut beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan informasi, kecerdasan buatan (kecerdasan buatan) yang terus berubah.
“Ini tantangan kita semua. Alat digital jangan jadi kendala kita, sehingga kita harus bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi,” kata Agung.
Tak kalah pentingnya, ditambah lagi, kedepankan inklusivitas dalam berkomunikasi. Jangan ada masyarakat yang tidak mendapat informasi, baik difabel maupun warga negara lain. Untuk itu, gunakan berbagai kanal agar informasi tersampaikan ke seluruh lapisan masyarakat.
Sementara itu, anggota Komisi A DPRD Jateng, M Yunus, menambahkan, citra baik pemerintah di masyarakat tergantung insan humas. Karenanya, mereka harus memahami visi dan misi kepala daerah, serta target yang akan dicapai. Buat konten yang mudah difahami, agar warga pun bisa tergerak untuk meneruskan informasi yang terjamin kebenarannya.
“Masyarakat sekarang cenderung suka berbagi informasi. Tidak dibaca tuntas, tapi langsung diteruskan. Ini tantangan sekaligus peluang. Kalau infonya dari pemerintah, kan sudah terteliti dengan baik dan tidak hoaks,” sorotnya.
Menurut Yunus, tidak hanya keberhasilan program yang disampaikan, pemerintah juga dapat menyampaikan capaian yang belum optimal. Misalnya, belum menuntaskan sejumlah urusan karena menangani pandemi Covid-19.
“Jadi, tinggal dibeberkan, pandemi dua tahun kita dihajar, sehingga berdampak pada program keberhasilan. Atau, bagaimana kita bisa menuntaskan persoalan pandemi yang justru berhasil menekan inflasi. Artinya, belum mencapai target, bukan berarti gagal,” tandasnya.*
Posting Komentar