MALANG – FBINEWS

Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Malang, Polda Jawa Timur, menggelar Restoratif Justice dan mengakomodir hukum adat terhadap warga Papua yang terlibat kasus penganiayaan di Kabupaten Malang.

Kapolres Malang AKBP Putu Kholis Aryana melalui Kasihumas Polres Malang IPTU Ahmad Taufik mengatakan, Restorative justice (RJ) memiliki makna keadilan yang merestorasi, yaitu menitikberatkan pada kondisi terciptanya keadilan dan keseimbangan antara korban dan pelaku.

“Restorative justice digelar pada Kamis (26/1) kemarin, pihak Satreskrim Polres Malang menjadi mediatornya,” kata IPTU Ahmad Taufik saat dikonfirmasi di Polres Malang, Minggu (29/1).

 Kasihumas menambahkan, kasus berawal dari kesalahpahaman dan berujung dengan perseteruan, awal Januari 2023 silam.

Penganiayaan itu terjadi di Desa Tunjungtirto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, melibatkan dua kelompok mahasiswa Papua asal Sorong dan Biak yang tengah menuntut ilmu di Malang.

Selain RJ, Kepolisian juga mengakomodir hukum adat dalam penyelesaian perkara tersebut. Melalui Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua (IPMAPA) Malang, kedua belah pihak sepakat melakukan permohonan perdamaian yang digelar di ruang Ananta Hira Satreskrim Polres Malang.

“Kami melakukan RJ terkait adanya permohonan perdamaian di antara kedua belah pihak, semua pihak hadir di Polres Malang termasuk saksi-saksi,” ujarnya.

 Dalam pertemuan itu, terlapor yaitu ER (28), AP (26) dan RJ (25) meminta maaf kepada pelapor atas penganiayaan yang dilakukannya. Permintaan maaf itu disambut baik oleh terlapor. Selanjutnya kedua pihak sepakat untuk berdamai dan menyelesaikan perkara secara adat kekeluargaan.

Surat pencabutan kasus telah ditandatangani oleh pelapor. Pihak penyidik juga sudah menerima surat pencabutan tersebut.

“Dengan telah di gelarnya restorative justice ini, maka perkara pun dianggap telah selesai,” pungkas Taufik. (u-hmsresma)

**